PURBALINGGA 16/10/2025, PurbalinggaTV.com— Di tengah geliat kuliner modern yang kian beragam, kehangatan semangkuk bubur kacang ijo racikan Suntarni (36) justru menjadi penawar rindu akan cita rasa tradisional yang tulus. Sejak mulai berjualan sekitar setengah tahun lalu, tepat sebelum Idul adha 2025, perempuan asal Kendal yang kini menetap di Purbalingga ini berhasil mencuri perhatian warga dengan racikan khas yang lembut, gurih, dan alami.

Berawal dari rasa kecewa terhadap bubur kacang ijo yang sering kali tidak sesuai seleranya, Suntarni dan sang suami nekat bereksperimen di dapur. Mereka mencoba berbagai takaran dan bahan hingga berbulan-bulan lamanya, sampai akhirnya menemukan komposisi sempurna yang memanjakan lidah tanpa harus bergantung pada pemanis buatan atau bahan kimia tambahan. “Kami ingin bubur yang benar-benar murni, sehat, dan enak dinikmati siapa saja,” tutur Suntarni.

Lapak sederhana miliknya berdiri di depan Orion, tepat di seberang Kantor Dinporapar, tidak jauh dari Alun-alun Purbalingga. Setiap pagi mulai pukul 06.30 – 09.00, aroma wangi santan dan kacang hijau yang direbus perlahan seakan menjadi penanda waktu bagi para pelanggan tetapnya untuk datang menikmati kehangatan bubur buatan tangan sendiri itu.

Salah satu pelanggan setia, Bu Rachel—anggota komunitas Noni Noni Cantik (NNC) Purbalingga—mengaku jatuh cinta sejak suapan pertama. “Kami bersama teman-teman NNC paling suka bubur kacang ijo racikan Mbak Suntarni. Rasanya beda, alami banget, dan bikin badan terasa lebih sehat. Katanya bisa bantu menstabilkan berat badan juga, jadi bonusnya awet muda,” ujarnya sambil tertawa ringan.

Rachel menambahkan, selain soal rasa dan kesehatan, sikap ramah sang penjual menjadi alasan utama pelanggan betah. “Mbak Suntarni itu bukan cuma pedagang, tapi seperti teman. Penyajiannya bersih, tutur katanya sopan, dan selalu menyapa dengan senyum,” katanya.

Di tengah hiruk pikuk kota dan derasnya arus makanan cepat saji, kehadiran bubur kacang ijo racikan Suntarni menjadi pengingat bahwa kelezatan sejati datang dari kesabaran, ketulusan, dan bahan-bahan alami. Dari sebuah lapak kecil di Purbalingga Kidul, aroma tradisi dan kehangatan kini kembali hidup dalam semangkuk bubur yang sederhana namun berkesan.

( Surya Utama )